Al-Hikam Pasal 98

“Hakikat Pemberian Dari Makhluk”


العَطَاء مِنَ الخَلقِ حِرْماَنٌ والمنْعُ من اللهِ اِحْسانٌ

"Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian(penghalang), dan
penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".

Syarah

Hikmah ini merupakan ucapan ahli tauhid yang sebenarnya. Orang yang benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari Alloh, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.

Sedangkan penolakan Alloh atas permintaanmu itu hakikatnya suatu pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu dipintu Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya. Ali bin Abi Tholib berkata: Jangan merasa adanya yang memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)

Seorang Hakim berkata: Menanggung budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena kekurangan(ketiadaan). Pemberian dari Makhluk itu, pada umumnya menyebabkan terhijab dari Alloh, sehingga tidak ingat pada alloh. dan merasa berhutang budi kepada sesame manusia, dan inilah letak kerugian moril. sebaliknya penolakan dari Alloh yang menyebabkan kita ingat Alloh itu, berarti suatu karunia nikmat yang besar dari Alloh.