101. (Yaitu orang-orang yang matanya) menjadi Badal atau kata ganti dari lafal Al-Kaafiriina yang pada ayat sebelumnya (dalam keadaan tertutup dari memperhatikan ayat-yat-Ku) yakni Alquran, karenanya mereka buta tidak dapat mengambil petunjuk darinya (dan adalah mereka tidak sanggup mendengar) artinya, mereka tidak mampu untuk mendengarkan dari nabi apa yang telah dibacakan kepada mereka, karena mereka membencinya, oleh sebab itu mereka tidak beriman kepadanya.
102. (Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku) yakni para Malaikat-Ku, Nabi 'Isa dan Nabi 'Uzair (menjadi penolong-penolong selain Aku?) yakni tuhan-tuhan yang dapat menolong mereka. Lafal Auliyaa-a ini menjadi Maf'ul Tsani daripada lafal Liyattakhidzuu, sedangkan Maf'ul Tsani daripada lafal Hasiba tidak disebutkan. Maksud ayat: Apakah mereka menyangka bahwa pengambilan mereka terhadap hal-hal yang telah disebutkan itu sebagai sesembahan mereka tidak membuat-Ku murka, dan Aku hanya berdiam diri tidak menghukum mereka? Tentu saja tidak. (Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahanam bagi orang-orang kafir) yaitu bagi mereka dan bagi orang-orang kafir lainnya yang seperti mereka (sebagai tempat tinggal) maksudnya Jahanam itu telah disediakan buat mereka sebagaimana disediakannya tempat tinggal bagi tamu.
103. (Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?)" lafal A'maalan menjadi Tamyiz atau keterangan pembeda yang bentuknya sama dengan Mumayyaz. Kemudian Allah swt. menjelaskan siapa mereka yang merugi itu, melalui firman berikutnya.
104. (Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini) amal perbuatan mereka batil tidak diterima (sedangkan mereka menyangka) menduga (bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya) yang pasti mereka akan menerima pahala karenanya.
105. (Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka) kafir terhadap bukti-bukti yang menunjukkan kepada keesaan-Nya, baik berupa Alquran maupun lain-lainnya (dan kafir terhadap perjumpaan dengan Dia) ingkar pada adanya hari berbangkit, perhitungan amal perbuatan, pahala dan siksaan (maka hapuslah amalan-amalan mereka) yakni ditolak (dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat) Kami tidak menganggap sama sekali amal perbuatan mereka.
106. (Demikianlah) yakni perihal yang telah Kusebutkan sehubungan dengan dihapusnya amal perbuatan mereka dan lain-lainnya. Lafal Dzaalika menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya ialah: (balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok) keduanya menjadi ejekan dan olokan mereka.
107. (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka) menurut ilmu Allah (adalah surga Firdaus) yaitu bagian tengah dan bagian teratas daripada surga. Idhafah di sini memberikan pengertian Bayan atau menjelaskan (menjadi tempat tinggal) tempat menetap mereka.
108. (Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin) tidak meminta (berpindah daripadanya) pindah ke tempat yang lain.
109. (Katakanlah, "Kalau sekiranya lautan) airnya (menjadi tinta) yaitu sarana untuk menulis (untuk menulis kalimat-kalimat Rabbku) yang menunjukkan kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan dan keajaiban-keajaiban ciptaan-Nya, seumpamanya hal itu ditulis (sungguh habislah lautan itu) untuk menulisnya (sebelum habis) dapat dibaca Tanfadza atau Yanfadza, yakni sebelum habis ditulis (kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan sebanyak itu) lautan yang sama (sebagai tambahan tintanya.") niscaya tambahan ini pun akan habis pula, sedangkan kalimat-kalimat Rabbku masih belum habis ditulis. Lafal Madadan dinashabkan karena menjadi Tamyiz.
110. (Katakanlah, "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia) anak Adam (seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku, 'Bahwa sesungguhnya Rabb kalian itu adalah Tuhan Yang Esa.') huruf Anna di sini Maktufah atau dicegah untuk beramal oleh sebab adanya Ma, sedangkan huruf Ma masih tetap status Mashdarnya. Maksudnya; yang diwahyukan kepadaku mengenai keesaan Tuhan (Barang siapa mengharap) bercita-cita (perjumpaan dengan Rabbnya) setelah dibangkitkan dan menerima pembalasan (maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan di dalam beribadah kepada Rabbnya) yakni sewaktu ia beribadah kepada-Nya, seumpamanya ia hanya ingin pamer (dengan seorang pun").