Pelajaran 17


KEUTAMAAN TOBAT, ROJA, KHAUF, SABAR DENGAN BERSYUKUR

 

Wahai anakku, hindarkanlah diri dari dosa dan kesalahan, terkecuali para Nabi ‘Alaihimush Shalaatu Wassalaam, mereka semua ma’shum (terjaga). Jika dirimu terpaksa melakukanya beristighfarlah kepada Allah swt., sesugguhnya Rabbmu maha pengampun bagi hamba-hamba-Nya.
Wahai annaku, sesugguhnya bertobat dari dosa yang kau lakukan tidak cukup dengan kata-kata lisan saja, tatapi tobat yang sebenarnya ialah: pengakuan samua dosa yang telah engkau lakukan di hadapan rabbamu dengan kesadaran bahwamu sesungguhnya engkau telah berdosa dan wajib menerima siksa sebagaimana yang ditentukan Allah swt. Dalam bartobat hendaklah engkau beristighfar dengan perasaan sedih dan menyesal atas perbutan-perbutan yang engkau lakukan. Dan berjanji kepada Allah untuk tidak melakukanya lagi selamanya. Kemudian berserah diri dan berharaplah kepada Allah untuk mendapatkan ampunan dosa yang telah engkau lakukan. Apabila Allah menghendaki tentu akan menghendaki tentu akan mengapunimu, tapi mungkin pula Allah akan menyiksamu.
Wahai anaku, ini semua adalah cara tobat dan istighfar yang sebenarnya (taubatan nasuha). Bukan hanya cukup dengan ucapan: “aku bertobat kepada Allah”, tapi dirimu masih selalu melakukan maksiat. Hal ini merupakan perbuatan dosa lain yang wajib pula mendapatkan siksa Allah swt.
Wahai anakku, ambillah pelajaran dari dirimu sendiri, jika orang tua dan gurumu menyuruhmu untuk belajar dengan tekun tetapi engkau mengabaikannya dan ketika orang tua serta guramu hendak memberimu hukuman, engkau berkata: “aku bertaubat”, apakah tobatmu dapat diterima oleh orang tua dan gurumu, sedangkan engkau masih juga malas belajar?  Apakah ini bukan  merupakan tobat yang pantas untuk mendapatkan sangsi dua kali lipat?
Wahai anakku, jadikanlah takut kepada siksa Allah, sebagai dinding pemisah antara dirmu  dengan perbuatan dosa. Barangsiapa yang sangat takut kepada siksa Allah, maka sedikit kali kemungkinan dia melakukan pelanggaan terhadap ketentuan-ketentuan Allah, karena dia yakin bahwa segala perbuatan tentu akan dilihat dan dibalas Allah swt.
Wahai anakku, janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah apabila enkau terlanjur melakukan dosa. Berseralah dan dekatlah dirimu kepada Allah dikala kau sendri atau berada dikeramaian,  mintalah ampun dan maghfirah kepada-Nya, Rabbmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wahai annaku, kalau dirimu ditimpa musibah, baik menimpa dirimu, hartamu ataupun sesuatu yang engkau anggap berharga maka bersabarlah. Mintalah pahala disisi Allah dengan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapinya. Terimalah dengan ridla Qadla’ dan Qadar-Nya. Bersyukurlah kepada Rabbamu atas kelembutan dan kebaikan yang Alllah telah curahkan kepadamu, agar musibah yang menimpa dirimu tidak dapat digandakan. Mohonlah kehalusan Qadla’ dan Qodar-Nya serta ucapanlah: “ya Allah, sesugguhnyya aku tidak bermohon kepada-Mu akan tertolaknya Qadlo’,  tetapi aku mohon kepadamu akan kasih saying-Mu dalam menghadapi musibah.”
Wahai anakku, apabila engkau kehilangan sesuatu barang, tentu jalan keluanya engkau akan menggunakan barang lain yang ada, sekalipun barang tersebut engkau anggap lebih rendah nlainya dari yang hilang. Tidaklah musibah itu engkau rasakan sangat berat, kecuali di akherat nanti akan lebih berat dari apa yang kau hadapi sekarang. Karena itu janganlah engkau mengkufuri musibah yang menimpa dirimu menjadi penghalang untuk beribadah kepada Rabbmu, sesungguhnya Rabbmu adalah Dzat Yang Maha Bekehendak, tidak ada satupun mahukpun yang bisa menoak takdir-Nya dan Allah Maha Bijaksana lagi Maha Waspada.